A. Tinjauan umum imunisasi
1. Definisi imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan/meningkatkan kekebelan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan (Depkes RI, 2005).
Imunisasi sebagai suatu penvegahan berbagai jenis penyakit, merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditunda pelaksanaannya. Hal ini berkaitan dengan peningkatan sumber daya manusia pada masa akan dating. Tugas utama kita sebagai tenaga kesehatan adalah memberikan pengetahuan terhadap orang tua tentang imunisasi dan meninjau setiap imunisasi pada bayi. Pemberian imunisasi pada bayi dan anak tidak hanya pencegahan penyakit tertentu pada anak tersebut, tetapi juga memberikan dampak yang lebih luas karena dapat mencegah penularan penyakit untuk anak lain. Oleh karena itu pengetahuan orang tua terutama ibu sangat penting untuk memahami manfaat imunisasi bagi anak Indonesia (Ranuh,2005).
Tujuan imunisasi atau vaksino ialah prosedur untuk meningkatkan derajat imunitas, memberikan imunitas protetif dengan menginduksi respon memori terhadap patogen tertentu/toksin dengan menggunakan preparat antigen non virulen/non toksik (Baratawidjaya,2002).
2. Program imunisasi di Indonesia
Menurut Sudarajat (1991), salah satu indicator yang penting untuk mengetahui derajat kesehatan di suatu Negara adalah banyaknya bayi ( umur 0-12 bulan) yang meninggal per 1000 kelahiran hidup, yang disebut angka kematian bayi (AKB). Imunisasi adalah satu acara intervensi yang paling efektif dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi balita. Sampai saat ini Indonesia termasuk kategori Negara dengan AKB yang tinggi, bahkan tertinggi di Negara-negaraq Asean (Markum,1991).
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 melalui Pembangunan Nasional yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Salah satu strategi pembangunan kesehatan nasional untuk mewujudkan “Indonesia Sehat 2010” adalah menerapkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, yang berarti setiap upaya program pembangunan harus mempunyai kontribusi positif terhadap terbentuknya lingkungan yang sehat dan perilaku sehat. Sebagai acuan pembangunan kesehatan mengacu kepada konsep “Paradigma Sehat” yaitu pembangunan kesehatan yang memberikan prioritas utama pada upaya pelayanan peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif) dibandingkan upaya pelayanan penyembuhan/pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) secara menyeluruh dan terpadu dan berkesinambungan.
Menurut Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992, “Paradigma Sehat” dilaksanakan melalui beberapa kegiatan antara lain pemberantasan penyakit. Salah satu upaya pemberantasan penyakit menular adalah upaya pengebalan (imunisasi). Penerapan Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah memberikan otonomi luas kepada kabupaten/kota dan otonomi terbatas pada provinsi, sehingga pemerintah daerah akan semakin leluasa menentukan prioritas pembangunan sesuai kondisi daerah.
Dalam upaya mencapai tujuan tersebut pemerintah Indonesia telah melaksanakan berbagai upaya Eradikasi Polio, seperti imunisasi yang diwajibkan pada bayi.
B. Tinjuan umum imunisasi bayi
1. Jenis imunisasi pada bayi
a. Imunisasi BCG
Imunisasi BCG adalah tindakan memasukkanvaksin BCG yang bertujuan untuk kekebalan tubuh bayi terhadap kuman Mycobacterium tuberculosis dengan cara menghambat penyebaran kuman.
b. Imunisasi polio
Imunisasi polio adalah imunisasi yang diberikan pada bayi dengan memberikan vaksin polio (dalam bentuk oral) atau terkenal dengan sebutan polio vocine (OPV) yang bertujuan dengan member kekebalan dari penyakit polio melitusdapat diberikan empat kali dengan interval 4-6 minggu.
c. Imunisasi DPT/DT
Imunisasi DPT/DT merupakan imunisasi yang dilakukan deengan memberikanvaksin DPT(Dipteri Pertusis Tetanus)/DT(Dipteri Tetanus) pada anak yang bertujuan untuk member kekebalan dari kuman penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Pemberian vaksin pertama pada usia 2 bulan dan berikutnya dengan interval 4-6 minggu(kurang lebih 3 kali), selanjutnya ulangan pertama satu tahun dan ulangan berikutnya 3 tahun sekali sampai usia 8 tahun. Imunisasi ini tidak dianjurkan untuk bayi usia kurang dari 2 bulan mengingat imunogen pertusis yang sangat reak togenik dan adanya hambatan tanggap kebal karena pengaruh antibody maternal untuk imunogen difteri atau tetanus.
d. Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi Hepatitis B dilakukan dengan memberikan vaksin hepatitis B ke dalam tubuh yang bertujuan untuk memberikan kekebalan dari penyakit hepatitis. Pada ibu yang menderita hepatitis B dengan HbsAg negative. Imunisasi dapat diberikan sesuai dengan dosis yang ada, kemudian dilanjutkan pada usia 1-2 bulan dan yang ke 3 pada usia 6 bulan. Apabila HbsAg ibu positif, vaksin dapat diberikan dalam waktu12 jam setelah bayi lahir kemudian kedua pada usia 1-2 bulan dan ke 3. Imunisai ulangan dapat diberikan 5 tahun kemudian.
e. Imunisasi campak
Imunisasi campak adalah tindakan memberikan vaksin campak pada anak yang bertujuan membentuk kekebalan terhadap penyakit campak yang dapat diberikan pada usia 9 bulan secara subkutan, kemudian dapat diulang dalam interval waktu 6 bulan lebih setalah suntikan pertama.
2. Jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
a. Difteri
Difteri disebakan oleh Corynebacterium difteriae. Difteri ini ditandai oleh demam dan sakit tenggorokan dengan eksudat tonsil paring atau hidung. Yang terdiri dari membrane fibrosa diatas lesi hemoragik dan nekrotik. Basil difteri ditenggorokan mengeluarkan toksin yang dapat mengakibatkan fatal bagi jantung dan susunan saraf ( Dick, 1995).
b. Pertusis
Pertusis atau batuk rejan atau batuk yang dikenal ”Batuk Seratus Hari” adalah penyakit infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Bardetella pertusis. Gejalanya adalah batuk yang terus menerus dan sukar berhenti diakhiri dengan napas panjang,muka merah atau kebiruan dan muntah kadang-kadang bercampur darah. Penularannya melalui udara seperti bersin (http://www.infeksi.com).
c. Tuberklosis
Tuberklsosis menginfeksi banyak orang terutama paru dan munkin ada penyebaran dikelenjar limfe dan menyebar keseluruh tubuh. Basilus tuberklosis sangat menular bagi kebanyakan individu. Penyakit ini sering terjadi pada kelompok masyarakat dengan social rendah dan meenyerang berbagai umur manusia. Cara penularan melalui droplet infection terutama didaerah padat penduduknya. (Dick,1995).
d. Tetanus
Infeksi tetanus disebakan oleh bakteri yang disebut dengan Clostridium tetani yang memproduksi toksin yang disebut dengan tetanuspasmin. Tetanuspasmin menempel pada urat syaraf di sekitar area luka dan dibawa ke system syaraf otak serta sumsum tulang belakang , sehingga terjadi gangguan aktivitas normal urat syaraf. Gejala terjadi pada bayi yang baru lahir. Neonatal menyerng bayi batu lahir karena dilahirkan ditempat yang tidak bersih atau tidak steril, terutama tali pusar terinfeksi. Neonatal dapat mengakinatkatkan kematian pad bayi (http://www.infeksi.com).
e. Campak
Campak ialah penyakit virus akut,menular, yang ditandai dengan 3 stadium yaitu: (1) stadium katar, (2)Stadium erupsi, (3)stadium konvelansi. Penyebab campak adalah virus morbili yang terdapat dalam secret nasofaring dan darah selama masa prodramal sampai 24 jam setelah bercak-cak. Cara penularan dengan droplent dan kontak (Ngastiah, 1997).
3. Efek samping imunisasi pada bayi
Imunisasi kadang dapat mengakibatkan efek samping. Ini adalah tanda baik yang membuktikan bahwa vaksin betuk-betul bekerja secara tepat.
Efek samping yang biasa terjadi adalah sebaagai berikut:
• BCG: Setelah 2 minggu akan terjadi pembengkakan kecil dan merah ditempat suntikan. Setelah 2–3 minggu kemudian pembengkakan menjadi abses kecil dan kemudian menjadi luka dengan garis tengah ±10 mm. Luka akan sembuh sendiri dengan meninggalkan luka parut yang kecil.
• DPT: Kebanyakan bayi menderita panas pada waktu sore hari setelah mendapatkan imunisasi DPT, tetapi panas akan turun dan hilang dalam waktu 2 hari. Sebagian besar merasa nyeri, sakit, kemerahan atau bengkak di tempat suntikan. Keadaan ini tidak berbahaya dan tidak perlu mendapatkan pengobatan khusus, akan sembuh sendiri.Bila gejala diatas tidak timbul tidak perlu diragukan bahwa imunisasi tersebut tidak memberikan perlindungan dan Imunisasi tidak perlu diulang.
• Polio : Jarang timbuk efek samping.
• Campak : Anak mungkin panas, kadang disertai dengan kemerahan 4–10 hari sesudah penyuntikan.
• Hepatitis : Belum pernah dilaporkan adanya efek samping.
C. Tinjauan Umum yang mepengaruhi ketidapatuhan ibu melaksanakan imunisasi pada bayi
1. Pendidkan ibu
Pendidikan berarti proses mendidik yang oleh Ki Hajar Dewantara mendefinisikan sebagai daya upaya untuk berkembang budi pekerja (kekuatan batin), pikiran(intekek), dan jasmani anaknya maksudnya adalah kita memberikan kesempatan untuk hidup yaitu kehidupan dan penghidupan anak(Ekosusilo dan Kosihadi,1995)
Perkembangan manusia dipengaruhi dari dalam maupun dari luar.faktor dari dalam meliputi semua factor yangmengembangkan pikiran, perasaan segi social, bakat dan minat, dalam potensi ini akan tetap terpendam jika tidak dikembangkan melalui pendidikan sehingga ditinjau dari segi potensi, pendidikan mempunyai tugas untuk mengaktualisasikan potensi tersebut. Melalui pendidikan diharapkan membentuk keprebadian seseorang yang boleh dikatakan mempengaruhi semua perilaku individu dan bertalian dengan orang lain. Tingginya tingkat pendidikan akan mempengaruhi perilaku ibu terutama yang memiliki bayi untuk mencukupi kebutuhan imunisasi bayi (Nasution,1995).
2. Pengetahuan ibu
Bila pengetahuan dipahami, maka akan timbul suatu sikap dan perilaku untuk berparisipasi. Selain itu tingkat pengtahuan seseorang juga mempengaruhi perilaku dan sikap individu. Makin tinggi tingakat pengetahuan kesehatan sesorang maka tingata kesadaran juga tinggi sehingga ikut serta (Depkes,RI 1990).
3. Pekerjaan ibu
Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah. Kegiatan atau aktifitas yang dilakukan sehari-hari apalagi untuk kelangsungan hidup, kadang mengakibatkan kepentingan lain yang menurutnya tidak mendesak menjadi disepelekan karena keterbatasan waktu. Hal ini berkaitan dengan ibu yang turut membantu perekonomian keluarga dengan menghabiskan waktu lama sehingga tidak dapat berpikir untuk kesehatan dirinya dan anaknya (Depdikbud,1991).
4. Paritas
Paritas adalah jumlah bayi yang dilahirkan baik hidup ataupun meninggal.seorrang ibu yang tinggal dinegara berkembang seperti halnya Indonesia memiliki kira-kira 5-6 orang anak, sednkan dinegara maju terdapat paling banyak 2 orang anak. Tingginya paritas ibudisumsikan mempunyai pengaruh terhadappellaksanaan imunisasi bayinya.pada umumnya anak pertama memiliki kasih saying yang lebih dibandingkan dengan anak lain setelahnya(sukarmi,1994).
5. Jarak
Jarak fisik puskesmas dari tempat tinggal diukur dengan kilometer, tempat beradanya puskesmas apakah itu di pinggir jalan raya yang ramai dengan transportasi ataupun puskesmas yang tempatnya tidak dilalui oleh kendaraan. Pada puskesmas yang dekat dan terletak dipinggir jalan raya maka banayk pengunjungnya. Factor jarak sangat mempengaruhi ibu berkunjung ke puskesmas untuk imunisasi bayinya.
Syarat pokok pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah dicapai oleh masyarakat.kecenderungan terjadi di pedesaan ataupun diperkotaan karena mudah dijankau baik secar fisik maupun psikologis(Azrul Azwar,1996).
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kerangka konsep
Variabel independen
B. Hipotesis
1. Ada hubungan pengetahuan ibu dengan ketidakpatuhan melaksanakan imunisasi pada bayi.
2. Ada hubungan pendidikan ibu dengan ketidakpatuhan melaksanakan imunisasi pada bayi.
3. Ada hubungan pekerjaan ibu dengan ketidakpatuhan melaksanakan imunisasi pada bayi.
4. Ada hubungan paritas dengan ketidakpatuhan melaksanakan imunisasi pada bayi.
5. Ada hubungan jarak dengan ketidakpatuhan melaksanakan imunisasi pada bayi
BAB IV.
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalh deskriftif dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk melihat hubungan antara factor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan ibu melaksanakan imunisasi pada bayinya.
B. Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi adalahgeneralisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari (Sugiyono,2005). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak kurang dari satu tahun dan melakukan imunisasi di puskesmas Panca Rijang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristikyang dimiliki oleh populasi tersebut(Sugiono,2003).yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak kurang dari satu tahun dan melakukuan imunisasi di puskesmas Panca Rijang.
Kriteria inklusi
a. Bersedia menjadi responden
b. Ibu yang memiliki anak kurang dari satu tahun
c. Bertempet tinggal di kelurahan panca rijang
d. Dapat membaca dan menulis
kriteria eksklusi
a. Ibu yang memiliki anak lebih dari satu tahun
b. Tidak berada ditempat pada saat penelitian
Pada penelitian digunakan Total sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan keseluruhan dari jumlah populasi (Nursalam,2003)
C. Tempat dan waktu penelitian
Lokasi peneltian adalah di puskesmas Panca Rijang, yang dilaksanakan pada tahun 2012
D. Instrument pengumpilan data
1. Data primer
Untuk pengumpulan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian yang dilakukan, peneliti membuat instrument berupa kuisionertentang factor-faktor yang berhubungan dengan ketidakpatuhan melakukan imunisasi pada bayinya. Kuisoner adalah sejumlah pernyataan trtulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari respondendalam arti laporan pribadinya atau hal-hal yang tidak diketahui(Arikanto,1994).
2. Data sekunder
Merupakan data yang diperoleh dari puskesmas yang digunakan untuk melengkapi data-data yan diperlukan dalam penelitian ini.
E. Prosedur pengumpulan data
Prosedur penumpilan data dalam penelitian ini adalah
1. Mengidentifikasi tempat penelitaian dan target pepulasi
2. Menganjurkan permohan isin untuk melakukan penelitian dipuskesmas panca rijang
3. Setelah mendapatkan persetujuan, peneliti akan melakukan pendekatan kepada responden untuk membaca dan menandatangani surat persetujuan bila calon respon bersedia.
4. Setelah responden menandatangani, peneliti akan mejelaskan tentang kuisioner dan bagaimana cara menjawab pertanyaan yang ada dalam kuisioner. Jika responden kurang mengeri maka diberi kesmpatan untuk bertanya.
F. Pengumpulan data
1. Penyuntingan data (editing)
Setelah data terkumpul, peneliti akan melakukan seleksi dan editing yakni memeriksa tiap kuisoner yang telah diisi mengenai kebanaran adata yang sesuai dengan variabel.
2. Pengkodean (coding)
Untuk memudahkan pengelolaan data maka semua jawaban atau data akan diberi kode
3. Table
Untuk memudahkan tubulasi data maka dibuat table untuk menganalisi data menurut sifat yang dimiliki.
4. Analisa data
Setelah mempunyai nilai skor dari tiap-tiap variabel, selanjunya dianalisa dengan menggunakan perangkat lunak SPSS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar